Bunuh Siswa, Guru SMA 7 Dipecat, Sekolah Libur Satu Minggu
TERNATE – Tragedi yang menimpa siswa SMA Negeri 7 Kota Ternate, Yusri H Muhammad (17) siswa kelas XII, SMAN 7 Kota Ternate, langsung menggemparkan warga sekitar. Fajrin, guru yang membunuh Yusri dengan penggaris langsung dipecat. Selain itu, sekolah diliburkan selama satu minggu.
Puluhan keluarga korban mendatangi SMAN 7 untuk mencari Fajrin. Beruntung kedatangan keluarga diatasi puluhan personil Polsek Moti dan Polres Kota Ternate. Mereka mengamankan tersangka dan melakukan olah Tempat Kejadian Perkara (TKP).
Berdasarkan pantauan Malut Post, Fajrin dibawa petugas Polsek Moti ke Polres Ternate, Jumat malam (9/10/2015) sekitar pukul 21.47 WIT.
Ia diperiksa secara marathon oleh penyidik Polres Ternate hingga pukul 22.00 WIT. Namun pihak kepolisian belum memberikan keterangan karena pemeriksaan masih berlangsung.
Kapolres Ternate, AKBP Kamal Bahtiar dikonfirmasi Jumat siang menyatakan, perkara ini ditangani Reskrim Polrers Ternate. “Kasusnya ditarik ke Polres Ternate untuk ditindaklanjuti,”kata Kamal. Langkah ini diambil untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan.
BACA: Brutal! Guru Bunuh Siswa SMA Pakai Penggaris
Kepala Dinas Pendidikan (Diknas) Kota Ternate Muhdar Din, langsung berangkat ke Moti untuk mengetahui kondisi di lapangan.
Dia turun untuk menekan gejolak yang terjadi.
Muhdar langsung melakukan pertemuan dengan pihak sekolah dihadiri Kepala sekolah Ibrahim Mahmud dan keluarga difasilitasi pihak pemerintah kecamatan. Pihak keluarga menuntut pelaku diproses secara hokum dan meminta yang bersangkutan dipecat.
“Dia hanya berstatus guru honor yang diangkat sekolah sekitar satu tahun lalu. Jadi tidak perlu dipecat tapi sekolah langsung mengeluarkannya,” jelas Muhdar yang mengaku rapat itu berlangsung sekitar 2 jam.
Tidak itu saja, Muhdar langsung mengambil kebijakan meliburkan SMPN 7 selama satu minggu. Saat libur, kepala sekolah dan guru-guru wajib membantu beban orang tua korban.
Agar hal ini tidak lagi terulang, Muhdar mengingatkan seluruh guru agar mengantisipasi aksi seperti ini dengan menjauhkan diri dari memegang rotan atau mistar saat mengajar.
“Jangan ada keinginan bawa mistar atau rotan di dalam kelas. Kalau ada penghapus yang menggunakan kayu harus diganti dengan berbahan plastik,” tegasnya.
Puluhan keluarga korban mendatangi SMAN 7 untuk mencari Fajrin. Beruntung kedatangan keluarga diatasi puluhan personil Polsek Moti dan Polres Kota Ternate. Mereka mengamankan tersangka dan melakukan olah Tempat Kejadian Perkara (TKP).
Berdasarkan pantauan Malut Post, Fajrin dibawa petugas Polsek Moti ke Polres Ternate, Jumat malam (9/10/2015) sekitar pukul 21.47 WIT.
Ia diperiksa secara marathon oleh penyidik Polres Ternate hingga pukul 22.00 WIT. Namun pihak kepolisian belum memberikan keterangan karena pemeriksaan masih berlangsung.
Kapolres Ternate, AKBP Kamal Bahtiar dikonfirmasi Jumat siang menyatakan, perkara ini ditangani Reskrim Polrers Ternate. “Kasusnya ditarik ke Polres Ternate untuk ditindaklanjuti,”kata Kamal. Langkah ini diambil untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan.
BACA: Brutal! Guru Bunuh Siswa SMA Pakai Penggaris
Kepala Dinas Pendidikan (Diknas) Kota Ternate Muhdar Din, langsung berangkat ke Moti untuk mengetahui kondisi di lapangan.
Dia turun untuk menekan gejolak yang terjadi.
Muhdar langsung melakukan pertemuan dengan pihak sekolah dihadiri Kepala sekolah Ibrahim Mahmud dan keluarga difasilitasi pihak pemerintah kecamatan. Pihak keluarga menuntut pelaku diproses secara hokum dan meminta yang bersangkutan dipecat.
“Dia hanya berstatus guru honor yang diangkat sekolah sekitar satu tahun lalu. Jadi tidak perlu dipecat tapi sekolah langsung mengeluarkannya,” jelas Muhdar yang mengaku rapat itu berlangsung sekitar 2 jam.
Tidak itu saja, Muhdar langsung mengambil kebijakan meliburkan SMPN 7 selama satu minggu. Saat libur, kepala sekolah dan guru-guru wajib membantu beban orang tua korban.
Agar hal ini tidak lagi terulang, Muhdar mengingatkan seluruh guru agar mengantisipasi aksi seperti ini dengan menjauhkan diri dari memegang rotan atau mistar saat mengajar.
“Jangan ada keinginan bawa mistar atau rotan di dalam kelas. Kalau ada penghapus yang menggunakan kayu harus diganti dengan berbahan plastik,” tegasnya.